Kesadaran Mayarakat Indonesia akan Kebersihan Masih Rendah

Kesadaran Mayarakat Indonesia akan Kebersihan Masih Rendah

Mayoritas masyarakay indonesia ternyata tak peduli akan kebersihan. Hal itu berdampak pada lingkungan sekitar dan juga kesehatan.

Dari data riset kementrian kesehatan diketahui hanya 20 persen dari total masyarakat Indonesia yang peduli terhadap kebersihan dan kesehatan. Ini bererti, dari 262 juta jiwa di Indonesia, hanya sekitarf 52 persen juta orang yang memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan sekitar dan dampak terhadap kesehatan.

Guru besar Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, Purnawan Junaidi tak membantah temuan ini, iya menyebutkan hal ini bahkan dapat dilihat di dalam kebiasaan sehari hari dan pola sanitasi masyarakat Indonesia. Misalnya, masih banyak masyarakat indonesia yang tidak memiliki jamban dan fasilitas sanitasi yang memadai di tempat tinggalnya.

Menurut laporan Riskesdas, hanya 59.8 rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang sesuai standard, selain itu, pola atau kebiasaan higienitas yang baik seperti sikat gigi dan cuci tangan juga masih belum dilakukan seluruh masyarakat Indonesia.

“Baru separuh masyarakat yang punya kebiasaan cuci tangan. Kalau sikat gigi itu sekitar 80 persen,” kata purnawan di Thamrin Nine, Jakarta Pusat, Senin (23/4).

Kesadaran masyarakay indonesia yang masih rendah terhadap kebersihan berpengaruh besar terhadap kesehatan. Penyakit infeksi seluran pernafasan akut (ISPA) dan diare adalah dua penyakit utama yang disebebkan oleh lingkungan hidup yang kurang bersih.

Menurut laporan riskesdas, diare bahkan merupakan penyebab 31 persen kematian anak berusia 1 bulan hingga 1 tahun. Sedangkan rata rata prevalensi penyakit ISPA di Indonesia mencapai angka 25 persen, dengan angka tertinggi 41.7 persen dari provinsi Nusa Tenggara Timur.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kebersihan, menurut purnawan, perlu diperhatikan faktor faktor yang mempengaruhi higienitas masyarakat.

Faktor yang pertama adalah akses sanitasi yang memadai. Akses sanitasi ini tidak hanya meliputi jamban dan fasilitas lainnya yang sesuai standard kesehatan, namun juga tersedianya air bersih.

Menurut badan pengolahan Lingkungan Hidup Daerah jakarta, 41 persen sumur yang ada di lingkungan rumah tangga di Jakarta hanya berjarak 10 meter dari septic tank. Hal ini menunjukan bahwa air yang di gunakan masyarakat masih belum sesuai dengan standard kesehatan.

Yang kedua adalah perilaku dan kebiasaan masyarakay itu sendiri mengenai kebersihan. Hal ini dapat berupa kebiasaan kebiasaan kecil, dari membuang sampah pada tempatnya dan hingga rajin mencuci tangan.

Perilaku dan kebiasaan adalah sesuatu yang di ajarjan sejak kecil, terutama lewat keluarga dan lingkungan sekolah. Oleh karenanya, penting bagi orangtua dan pikah sekolah untuk menanamkan kebiasaan positif pada anak anak.

Faktor yang terakhir adalah budaya di masyarakat sekitar. Budaya yang di adopsi suatu masyarakat di wilayah tertentu pastinya berpengaruh terhadap kebiasaan dan perilaku yang di ajarkan ke tiap individu. Oleh karenanya, kata Junaedi, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan dan kesehatan, perlu kerjasama dari berbagai macam sektor, dari pemangku kebijakanyang memegang regulasi, akademisi, pelaksana, hingga masyarakat itu sendiri.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*